Assalamul’aikum wr.wb
Shahabat saya di Muliakan Allah. Yang sedang menanti sebaik-baiknya
keputusan dari Allah atas harap, cemas, was-was dalam penuh kepasrahannya.
Semoga, apa yang telah kita lakukan, menjadi pembukti keseriusan dari
doa-doa yang kita panjatkan. Sehingga, terkabullah rintihan curhat kita
dengan menandahkan tangan kepada yang Maha Mendengar.
Bila Anda pernah menyaksikan film Ar-Risalah, atau Mesangger. Film yang
disahkan oleh para Ulama Mesir untuk dapat disiarkan diseluruh penjuru
dunia. Mengisahkan tokoh no1 yang paling berpengaruh di dunia yaitu Nabi
Muhammad Saw. Diantara hal yang mungkin *Anda suka,* juga saya, dalam film
tersebut, ucapan bilal kepada shahabat yang lain, Tatkala perintah Da’wah
secara terang-terangan diproklamirkan yaitu La ikraha fiddin.
Demikianpula saat saya belajar mata pelajaran Agama kelas 5 SD. Ustazah di
sekolah dasar tempat saya mengenal baca tulis dan bermain segala permainan
anak-anak dimasa itu. Sekolah Dasar Negeri Lampageu, Kecamatan Peukan Bada,
Aceh besar. Ustazah menjelaskan, Tidak ada paksaan dalam beragama. Jadi,
kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk melakukan atau beribadah, bahkan
harus menganut sebagaimana keyakinan kita.
Sampai saya SMA dan juga kuliah, pemahaman La Ikraha Fiddin yang tertuliskan
dalam surat Albaqrah tetap masih seperti itu. Apalagi ditambahkan
dengan
konsep Toleransi, Tenggang Rasa dan menghormati keyakinan orang lain mata
pelajaran PPKN dulu. Namun, saya kemarin menemukan maksud dan pemahaman yang
berbeda. Ini saya dapatkan dari proses pemebalajaran diri.
Sementara itu, saya mau mengajak Anda untuk merefleksi diri.
1. Apakah Anda pernah mengambil keputusan berdasarkan ke*MAU*an dan
keinginan Anda sendiri?
2. Apakah Anda pernah memutuskan karena mengikuti ke*mau*an orang lain?
(Orang tua, Istri, Suami, Anak, Keluarga, teman dan siapapun).
3. Antara no 1 dan 2, manakah yang lebih* sering* Anda lakukan ?
4. Setelah Anda memutuskan, dan mengalami proses serta hasilnya. Apakah
ada dalam memori ingatan Anda,* ”Seandainya saja aku melakukan itu maka
tidak begini”. ”Coba aku dengar nasehatnya”. ”Benarkan, dari awal sebenarnya
saya tidak setuju, tapi karena cinta, menghormati dan tidak mau dianggap
tidak sayang, ya terpaksa aku ikuti kemauanmu”.* Sehingga menyebabkan
Anda menjadi MENYESAL? bahkan terkadang merasa bersalah dan tidak bisa
memaafkan diri?
Shahabat, saya pernah mengalami no 1 dan 2. Dulu, bisa saya katakan
kebanykan adalah no.2. Dampaknya adalah penuh penyesalan. Padahal itu sudah
berlalu 5 bulan yang lalu atau bahkan ada yang 3 tahun yang lalu. Tapi,
masih terbawa sampai sekarang. Alhamdulillah, dengan ilmu yang ada; (*
Mind-Therapy <http://www.terapinlp.com/>*). Saya bisa menerima memori itu
dengan penuh lapang dan SADAR, bukan dibuat-buat agar merasa nyaman. Apakah
Anda juga demikian?
Barangkali Anda sudah bisa menembak maksud dari tulisan ini sekarang.
Sebagaimana Allah telah memberi peringatan, agar kita mengambil
*keputusan*dalam keadaan sadar bukan terpaksa. Karena, keterpaksaan
akan membuat
keIMANAN mudah goyah. Keterpaksaan menimbulkan PENYESALAN. Mari kita syukuri
dengan keSADARan dan pemahaman sekarang.
Pernah suatu ketika Almarhum Gusdur ditanya, ”Gus... anak-anaknya kok gak
disuruh berjilbab?” Gusdur menjawab ”Perintah berjilbab (menutup aurat)
sudah datang semenjak Gusdur belum dilahirkan. Dan saya mau anak-anak saya
berjilbab bukan karena Gusdur, malainkan karena Allah”.
Terkadang lucu juga saya ini. Jelas-jelas dalam beragama aja tidak boleh ada
unsur emosi *terpaksa*, kok dalam kehidupan ini, berbisnis, sekolah, kuliah,
memilih pasangan hidup, membeli rumah, menyekolahkan anak, bekerja dan aspek
lain, Mau *memaksa* dan *terpaksa* ya? Apapun yang terjadi, mari kita
syukuri dengan segala nikmat yang telah diberi.
Apabila ada diantara shahabat, yang masih mengalami rasa menyesal atau rasa
bersalah pada diri, Dampak yang terjadi dari memutuskan dengan*
terpaksa. *Mungkin
langkah-langkah dibawah ini bisa meringankan rasa penyesalan Anda. Boleh
anda memutuskan untuk mem*praktek*kan latihan ini, dengan penuh keSADARan
dan kiIkhlasan diri atau melakukannya sekarang. (*Jadi bukan terpaksa lagi
ya...he..he....*) ^_^
1. Karena Anda memutuskan dan melakukan atas keMAUan sendiri. Jadi, bukan
ingin mencoba-coba.
2. Mari kita Berdoa dan berniat tulus mengharap hasil terbaik sesuai
rencana Allah. Mohon bimbingan, agar proses anda lakukan sekarang
dimudahkan.
3. Fokuskan apa yang mau Anda capai setelah melakukan ini sekarang.
4. Akses kembali memori (pengalaman) yang menjadikan Anda, menyikapinya
sebagai penyesalan atau rasa bersalah pada diri.
5. Setelah emosi itu muncul, mungkin bisa saja, Anda mengalami gejala
atau rasa tertentu pada bagian tubuh anda; Kepala, leher, bahu, lengan,
punggung, pundak, perut, dada, kaki atau bagian manapun. Entah itu Sakit,
nyeri, seperti terikat, tergenggam, tertusuk, berdenyut, sesak, berputar
atau Anda tidak merasakannya. Bahkan mungkin Anda mengalami selain dari yang
saya tuliskan. Hanya Anda yang tau.
6. Bila Anda merasa, ada sesuatu pada bagian tertentu itu, seperti pada
langkah ke-5. Maka, Bisa letakkan salah satu tangan Anda diatasnya.
Misalnya; di dada anda, (bagi shahbat merasa diseputaran dada).
7. Sambil anda menyentuhnya, boleh juga mengelus-elusnya, lalu katakan
pada bagian itu *”Maafkan saya...maafkan saya...maafkan
saya...”*kemduian lanjutkan dengan dialog, berkomunikasi pada bagian
itu, ”
*Apa sebenarnya yang engkau/dirimu mau?*”
8. Bagus...Tetap seperti itu, teruslah berdialod, berkomunikasi kepada
diri boleh dengan bertanya. ”Apa maksud baik dari peristiwa yang telah
berlalu itu? Apa makna positif yang bisa saya petik dari pengalaman itu? Apa
hikmah yang bisa saya peroleh, sehingga menjadi pembelajaran sekarang dan
selanjutnya?” Sampai Anda sekarang mendapatkan emosi sesuai yang anda
inginkan.
9. Saat ini, Pastinya Anda menemukan makna berbeda dari sebelumnya kan?
Bisa jadi juga, sebagian diantara kita, belum sampai benar-benar mendapatkan
EMOSI yang dinginkan sebagaimana tujuan pada langkah ke-3. Sedikit Apapun
itu, Setelah Anda mendapatkan Makna, Hikmah, maksud dan Pembelajaran
dari pengalaman itu. Bersyukurlah kepada Allah ”*
Alhamdulillah...Alhamdulillah...Alhamdulillah...*” Kemudian juga,
berterima kasihlah kepada tubuh Anda.
10. Nikmati pembelajaran ini dengan penuh Kesyukuran, bahwa semua yang
telah terjadi ada Hikmahnya...
Saran saya, sebaiknya pada saat Anda melakukan latihan diatas, fokuskan
kepada satu-persatu hal yang anda ingin release. Karena, Mungkin keputusan
yang pernah kita ambil tidak hanya satu, dan efek yang terjadi membutuhkan
proses penyelarasan EMOSI seperti langkah –langkah yang telah Anda lakukan
tadi.
Setelah Anda merelease rasa itu menjadi emosi yang sesuai Anda inginkan
sekarang. Maka, langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah menumbuhkan
Tatanan pemikiran (State of Mind) keSADARan berfikir, agar kita tidak
mengulangi atau mengalami keputusan-keputusan yang menyebabkan penyesalan
pada diri kita.
1. Tatkala hendak memutuskan sesuatu, maka pastikanlah Anda memahmi, Apa
yang menDASARi anda, memutuskannya? Guru saya berpesan ;
*Boleh kamu melakukan apapun yang M A U kamu lakukan, Asal kamu MENYADARI
apa yang menjadi DASAR kamu melakukannya. Sehingga, saat kamu ingin menoleh
kebelakang (mengingat kembali) apa saja yang telah engkau perbuat, kamu tahu
harus melihat kemana dengan perbandingan emosi KEIKHLASAN dan SADAR.*
* *
1. Tumbuhkan kesadaran waktu, yaitu ingatan akan perisitwa yang pernah
dialami dengan keputusan yang keliru pada masa lalu, Dengan pemahaman,
hikmah dan makna yang memberdayakan diri Anda. Sehingga, state of mind
ini, menjadi DASAR pengambilan keputusan anda, dan menudukung poin no.1
2. Setia dan Tegas dengan PRINSIP hidup yang dipegang. Yaitu hirarki
Nilai-nilai yang terpenting dalam kehidupan, sehingga Anda jadi tau, Apa
yang menjadi PRIORITAS. Kemudian, menjadi dasar dan memudahkan Anda, saat
mengambil keputusan.
3. Ketegasan bukan karena dibuat-buat. Sebab, terkadang kita tidak mau
melepaskan EGO dari Anggapan baik orang, sehingga kita melakuan sebagaimana
keinginannya orang lain. Dan saat itu, tanpa kita sadari telah melakukan
sesuatu bukan lagi karena Allah.
4. Bertanggung jawab terhadap apapun keputusan yang diambil.
Terima kasih, sampai detik ini Anda bersedia untuk menghabiskan membaca
keterbatasan pemahaman saya akan konteks ini. Kemudian juga, atas kerelaan
penuh iklas Anda melakukan latihan ini. Semoga bermanfaat.
Rahmadsyah Mind-Therapist
Jakarta 14 Oktober 2010
--
RAHMADSYAH
Practitioner NLP I 081511448147 I Motivator & Mind-Therapist
www.facebook.com/rahmadsyahI
Sumber dari mailist tetangga